Pengertian, Ciri, & Contoh Paragraf Analogi

Pengertian, Ciri, & Contoh Paragraf Analogi – Sebelum kita lebih jauh membahas tentang paragraf analogi, mari kita sedikit mengulas bahasan lalu mengenai paragraf Induksi. Paragraf induksi adalah paragaf yang dikembangkan dengan pola khusus-umum. Jenis paragraf yang menggunakan pola khusus-umum diantaranya yakni paragraf generalisasi, Sebab akibat, akibat sebab, dan analogi. Pada artikel ini kita akan mempelajari tentang paragraf analogi secara mendalam. Berikut pembahasannya!

Paragraf analogi adalah paragraf yang membandingkan suatu objek dengan sobjek lain dalam hal tertentu kemudian disimpulkan di akhir paragraf. Kalimat di awal paragraf memaparkan hal-hal yang menjadi topik pembicaraan, Kemudian kalimat-kalimat berikutnya membandingkan letak persamaan yang dimiliki oleh dua hal yang berbeda. Selanjutnya persamaan dari objek-objek tersebut disimpulkan pada akhir kalimat.

Ciri-Ciri Paragraf Analogi

Berikut ini kita akan belajar tentang bagaimana ciri-ciri dari paragraf analogi, supaya kita dapat dengan mudah mengidentifikasikan paragraf tersebut. Ciri-ciri paragraf analogi:

a. Dalam Paragraf analogi hanya membandingkan dua hal yang berbeda namun secara esensial memiliki tingkat kesetaraan yang sama berupa peristiwa, keadaan dan lain-lain.
b. Dalam paragraf analogi biasanya berupa kalimat-kalimat penjelas yang menggambarkan persamaan dalam hal esensi cerita dari dua hal yang berbeda.
c. Dalam paragraf analogi memiliki gagasan utama yang terletak di akhir paragraf yang bersifat menyimpulkan dari dua hal yang sebelumnya telah dibandingkan atau dianalogikan.

Contoh Paragraf Analogi

Contoh 1 :

Sebuah kendi akan mengeluarkan isi dari kendi tersebut. Isinya bisa berupa air putih, susu, madu, atau jenis minuman yang lain. Apapun jenis minuman dalam kendi itu, tak ada yang tahu sampai isi dalam kendi tersebut dituangkan ke dalam gelas. Begitu pula dengan manusia, suatu perkataan yang keluar dari lisan sesorang menggambarkan bagaimana kepribadian orang tersebut. Tak ada yang tahu bagaimana kepribadian seseorang selama ia tidak mengeluarkan isi dari hati dan pikirannya. Seseorang yang berkepribadian yang baik, ia hanya akan mengeluarkan kata-kata yang baik, bermanfaat dan tidak sia-sia. Sebaliknya seseorang memiliki kepribadian buruk, yang keluar dari lisannya bisa berupa umpatan, kata-kata kasar, dan yang lainnya. Meskipun banyak diantara manusia yang buruk berusaha menyembunyikan sifat aslinya dengan berpura-pura baik, namun hal itu tak akan bertahan lama. Pasti akan ketahuan sifat aslinya, karena kendi hanya mengeluarkan isi dari dalam kendi tersebut. Lisan merupakan cerminan dari isi hati dan pikiran manusia.

Paragraf di atas menganalogikan tentang sebuah kendi yang hanya akan mengeluarkan isi dari kendi tersebut dengan kata-kata manusia yang keluar berdasarkan isi hati dan pikiran manusia tersebut. Paragraf ini disempulkan dengan kalimat utama di akhir pargraf dengan kesimpulan bahwa lisan merupakan cerminan dari isi hati dan pikiran manusia.

[sc:ads]

Contoh 2 :

Manusia terlahir bagaikan selembar kertas putih. Hal ini ditegaskan oleh syair harmoni dari group band Padi, “Kau membuatku mengerti hidup ini, kita terlahir bagai selembar kertas putih, tinggal kulukis dengan tinta pesan damai, dan terwujud harmoni.” Begitulah kita, pada dasarnya manusia tidak ada yang terlahir sebagai penjahat, teroris dan sederet nama sekelompok manusia yang selalu berbuat keburukan lainnya. Kita adalah manusia yang memiliki otoritas untuk memberikan warna tersendiri bagi hidup dan kehidupan kita. Kita sendirilah yang menentukan akan jadi seperti apa diri kita, ingin diberi warna seperti apa kertas kita. Jika kita ingin warna kebaikan yang terlukis dalam kepribadian kita, maka pilihlah dan lukislah kebaikan dalam diri kita sehingga warna kebaikan kita juga bisa mewarnai orang disekitar kita dan pada akhirnya kedamaian akan terwujud.

Paragraf di atas menganalogikan tentang sebuah kertas putih dengan manusia. Paragraf ini disempulkan dengan kalimat utama di akhir pargraf dengan kesimpulan bahwa kita dapat memilih warna untuk diri kita dan kita dapat mewarnai orang lain dengan kebaikan yang kita miliki.

Contoh 3:

Ikan-ikan di laut tidak memiliki rasa yang asin meskipun tinggal di air yang asin. Hal tersebut patut menjadi pelajaran bagi manusia bahwa seharusnya kita tidak hanya merasa nyaman tinggal dengan lingkungan tempat kita berasal saja. Kita juga perlu bergaul dengan orang-orang yang berbeda dengan kita dalam hal prinsip, latar belakang, maupun keyakinan dalam beragama. Kita perlu terjun ke lingkungan mereka untuk hidup berdampingan dengan damai tanpi harus mengabaikan prinsip-prinsip hidup kita. Kita tidak perlu menjadi mereka untuk dapat hidup berdampingan dengan cinta dan damai. Kita hanya perlu saling menghargai dan toleransi dalam hal prinsip dan keyakinan. Bercampur baur dalam kebhinekaan, namun tidak melebur dalam hal keyakinan.

Paragraf di atas menganalogikan tentang Ikan-ikan di laut yang tidak memiliki rasa asin meskipun tinggal di air yang asin dengan kehidupan manusia yang membaur dengan orang-orang yang berbeda dalam hal prinsip dan keyakinan beragama. Paragraf ini disempulkan dengan kalimat utama di akhir pargraf dengan kesimpulan bahwa bercampur baur dalam kebhinekaan, namun tidak melebur dalam hal keyakinan sangat diperlukan agar terwujud kehidupan yang harmoni.

Pembahasan di atas merupakan pengertian, ciri-ciri dari paragraf analogi beserta contohnya. Beberapa hal penting dalam paragraf analogi adalah bersifat membandingkan, berpola khusus-umum dan memiliki gagasan utama di akhir paragraf. Semoga bermanfaat dan selamat belajar!