Pengertian dan Contoh Teks Biografi Pahlawan Indonesia – Teks biografi adalah suatu jenis tulisan yang menceritakan tentang kehidupan seseorang yang terkenal atau menginspirasi banyak orang. Singkat kata, biografi adalah riwayah dan kisah hidup tokoh terkenal dan meginspirasi. Biografi dapat berbentuk teks singkat ataupun cerita mendetil yang dibukukan. Dalam biografi, cerita hidup seorang tokoh dibahas secara detil dengan gaya penulisan yang menarik. Informasi yang terangkum dalam biografi berkisar tentang perjaanan hidup, karir, pendidikan, prestasi, tindakan dan perilaku sang tokoh yang patut dicontoh maupun yang dapa dijadikan pelajaran. Berbeda dengan autobiografi yang ditulis sendiri oleh tokoh yang bersangkutan, biografi ditulis oleh orang lain. Sehingga, dalam penulisan biografi diperlukan bahan-bahan pendukung dan bahan utama yang menjadi sumber. Bahan utamanya bisa berasal dari keluarga tokoh, tokoh itu sendiri (wawancara), buku harian, surat-surat atau kliping Koran yang memberitakan tentang sang tokoh. Sedangkan bahan pendukungnya meliputi cerita sejarah yang membahas tentang peran tokoh tersebut, buku referensi, dan lain-lain.
Contoh Teks Biografi (Tentang Pahlawan)
Raden Ajeng Kartini, Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia
Raden Ajeng Kartini, atau yang kita kenal sebagai R.A Kartini, adalah seorang pahlawan nasional yang memperjuangkan hak-hak perempuan sehingga saat ini wanita Indonesia bisa mengenyam pendidikan dan bekerja setara atau sama halanya seperti kaum laki-laki. Kartini lahir di kota Jepara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1879. Tanggal lahir beliau kemudian dijadikan hari peringatan yang disebut hari Kartini untuk mengenang jasa beliau dan mempertahankan semangat perjuangan untuk memajukan negeri ini.
Kartini merupakan anak dari keluarga bangsawan. Ayahnya adalah R.M. Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara. Ibunya adalah M.A. Ngasirah. Beliau adalah anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara. Ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Kartini keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Terlebih lagi ada juga yang mengatakan bahwa Kartini masih memiliki garis keturunan dari kerajaan majapahit. Sementara itu, ibu Kartini bukanlah keturunan bangsawan. Saat itu terdapat peraturan bahwa Bupati harus menikah dengan bangsawan juga. Sehingga, ayah Kartini menikahi seorang wanita bangsawan yang merupakan keturunan langsung dari raja Madura.
[sc:ads]
Karena Kartini adalah keturunan bangsawan, maka beliau mendapatkan hak untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan. Namun, beliau hanya bersekolah hingga usia 12 tahun karena beliau harus menjalani pingitan (tinggal di rumah)). Pingitan adalah kebiasaan atau adat istiadat yang harus dilakukan anak perempuan pada masa itu.
Dalam masa pingitan, beliau tidak hanya berdiam diri. Beliau menulis surat untuk teman-temannya yang ada di Belanda dalam rangka melakukan koresponsdensi. Sejak saat itu beliau menjadi tertarik dengan pola piki perempuan eropa, selain itu juga dari surat kabar dan majalah dan buku yang beliau baca. Beliau merasa bahwa pemikiran dan status sosial perempuan di Indonesia tertinggal jauh saat itu. Ketertarikannya dalam membacalah yang kemudian membuka pikiran RA Kartini untuk memeperjuangkan masalah emansipasi wanita.
R.A Kartini bercita-cita untu dapat melihat perempuan Indonesia dapat menuntut ilmu dan belajar sama tinggi nya dengan laki-laki. Sumber sejarah mengatakan bahwa Kartini diizinkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang guru sesuai dengan cita-cita namun beliau tidak diperbolehkan untuk melanjutkan studi ke Batavia atau negeri Belanda.
Ketika berusia 24 tahun, RA Kartini dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang seorang bupati Rembang yang memiliki tiga orang istri. Suami R.A Kartini sangat mengerti apa yang diinginkan R.A KArtini sehingga ia kemudian diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita pertama. Dari pernikahannya tersebut, Kartini memiliki seorang anak laki-laki. Namun, beberapa hari setelah melahirkan anaknya yang pertama, R.A Kartini meninggal dunia
Berkat perjuangan RA Kartini, sekolah wanita tersebar di beberapa daerah lain di Indonesia. Setelah wafatnya RA Kartini, teman beliau yang berasal dari belanda mengumpulkan semua surat itu dan menyusunnya menjadi buku yang terkenal denga judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.