Pengertian, Jenis, dan Contoh Majas Pertautan – Majas atau gaya bahasa merupakan ungkapan kata-kata kiasan yang menjadi pengantar maksud dan tujuan yang ingin disampaikan. Majas pertautan adalah majas yang menggunakan kata-kata kiasan yang berhubungan atau bertautan terhadap sesuatu hal yang ingin disampaikan. Majas pertautan dibagi menjadi 9, diantaranya yakni metonomia, sinekdoke,alusio, eufimisme, eponim, epitet, erotesis / retoris, paralesis, dan elipsis. Pembahasannya sebagai berikut:
1. Majas Metonomia
Jika ditinjau dari bentuknya, majas ini termasuk ke dalam golongan majas perbandingan, namun jika ditinjau dari makna yang saling berhubungan maka metonomia diklasifikasikan menjadi jenis majas pertautan. Karakteristik dari Majas ini yakni pada penggunaan nama merek atau simbolik tertentu yang melekat pada sesuatu hal berupa benda, instansi, dan lain-lain.
Contoh :
– Saya sudah membaca semua tertralogi laskar pelangi.
– Dia tidak bisa bekerja dengan fokus kalau tidak menghisap sampoerna mild.
– Orang tuaku sebentar lagi datang ke Bandar Lampung dengan mengendarai kijang inova.
– Ardian rela menggadaikan honda revo fit nya demi mendapatkan uang untuk membayar hutang-hutangnya.
2. Majas Sinekdoke
Majas sinekdoke terbagi menjadi 2 jenis yakni pars pro toto dan totem pro parte. Penjelasannya sebagai berikut:
– Pars Pro toto adalah majas yang menyebutkan sesuatu hal dari sebagian yang mewakili keseluruhan. Contoh:
a. Harga tiket konser Dewa 19 malam nanti sebesar Rp 25.000,00 per kepala.
b. Kemana saja dia? Jam segini belum terlihat batang hidungnya.
c. Terdapat sebanyak 309 mata pilih dari 189 kepala keluarga di Kelurahan Kemiling Permai
– Totem Pro Parte adalah majas yang menyebutkan keseluruhan dari suatu hal dari sebagian dari hal tersebut. Contoh:
a. Belanda akan melawan Spayol pada perempat final malam nanti.
b. Malaysia akan bertanding dengan sengit melawan Indonesia sore nanti.
c. SMAN 6 Bandar Lampung telah memenagkan kompetisi bulu tangkis se- provinsi Lampung.
3. Majas Alusio
Majas ini menggunakan kalimat yang menggambarkan secara tidak langsung pada sebuah kejadian, tokoh, atau perumpamaan yang telah secara umum diketahui oleh banyak pihak. Contoh :
– Semoga kejadian tahun 1965 tidak terulang kembali pada masa pemerintahan saat ini.
– Kami sangat menyayangkan kejadian pengeboman di Bali bisa terjadi kembali pasca Bom Bali 1.
4. Majas Eufimisme
Majas ini mengungkapkan kata-kata secara halus untuk suatu kata yang dianggap tabu dan kasar yang sangat sensitif dan dapat menyinggung serta menyakiti perasaan yang bersangkutan. Contoh:
– Nasib para tuna wisma patut untuk kita perjuangkan bersama.
– Turunnya nulai tukar rupiah terhadap dolar membuat rakyat semakin berkurang daya belinya dan semakin menurun kesejahteraan hidupnya.
– Dia tidak bisa berkomunikasi dengan baik karena ia penyandang tuna wicara.
– Arsinah merantau ke Jakarta untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga.
[sc:ads]
5. Majas Eponim
Majas ini menyebutkan sosok tertentu yang memiliki korelasi terhadap sifat yang ingin disampaikan. Sosok tersebut telah diketahui secara umum oleh masyarakat pada umumnya.
– Haruskah aku meminjam pedang malaikat cinta untuk membelah dadaku agar aku bisa membuktikan cinta ku padamu?
– Dalam situasi pemerintahan yang sedang amburadul ini, rakyat sangat menantikan datangnya satria piningit untuk menuntaskan segala persoalan di negeri ini.
6. Majas Epitet
Majas ini menggunakan ungkapan gaya bahasa yang mendeskripsikan sifat atau karakteristik dari sesuatu hal yang ingin disampaikan. Contoh :
– Jangan sampai terlibat urusan dengan lintah darat.
– Wanita itu berprofesi sebagai kupu-kupu malam.
7. Majas Erotesis
Majas ini mengungkapkan sesuatu dalam bentuk pertanyaan yang tidak memerlukan sebuah jawaban. Contoh :
– Bagaimana kau akan hidup lebih baik kalau kau terus bermalas-malasan?
– Kamu pikir aku tidak bosan menunggumu berjam-jam?
8. Majas Paralesis
Majas ini menggunakan ungkapan gaya bahasa tentang sesuatu kesetaraan / kesejajaran terhadap sesuatu hal. Contoh :
– Baik laki-laki ataupun perempuan wajib mematuhi segala peraturan yang ada di asrama mahasiswa.
– Jika ingin dimengerti, maka mengertilah orang lain.
9. Majas elipsis
Majas ini menggunaka penghilangan pola unsur kalimat sehingga menjadi tidak lengkap. Dalam majas ini penting untuk memperhatikan konteks yang melatarbelakangi kata-kata yang diutarakan. Contoh :
– Sudirma ke pasar pagi ini (tak ada predikat)
– Ramah sekali (tidak ada subjek)
– Perampok itu membantai dengan sadis (tanpa objek)
Comments are closed.