4 Perbedaan Tumbuhan Paku dan Lumut

4 Perbedaan Tumbuhan Paku dan Lumut – Tumbuhan lumut dan tumbuhan paku tergolong kedalam kingdom tumbuhan (plantae). Keduanya diduga sebagai bentuk peralihan antara tumbuhan thallophyta (tumbuhan yang berbentuk lembaran, tidak memiliki akar, batang, dan daun) dan cormophyta (tumbuhan yang memiliki akar, batang, dan daun). Meski demikian, baik tumbuhan lumut dan tumbuhan paku masih digolongkan ke dalam golongan tumbuhan tingkat rendah. Hal ini didasarkan pada karakteristik dan perkembangan kedua tumbuhan tersebut. Meski memiliki beberapa kesamaan, kedua tumbuhan tersebut memiliki banyak perbedaan yang memisahkan kedua tumbuhan ini ke dalam takson yang lebih khusus yaitu tingkat divisi. Hal apa sajakah yang menjadi pembeda antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku??? Berikut uraiannya.

PERBEDAAN TUMBUHAN PAKU DAN LUMUT

1. Morfologi

Tumbuhan lumut dipercaya sebagai bentuk peralihan tumbuhan talus ke tumbuhan sejati (kormus). Beberapa anggota lumut mash memiliki bentuk seperti tumbuhan talus yang berbentuk lembaran yaitu lumut hati. Tumbuhan lumut belum memiliki akar sejati. Tubuhnya tersusun atas batang, daun, dan rizoid yang merupakan percabangan batang untuk melekat dan menyerap nutrisi pada substrat. Sementara tumbuhan paku dapat digolongkan ke dalam tumbuhan sejati (kormus) karena tumbuhan paku telah dapat dibedakan antara akar, batang, dan daunnya.

2. Daur Hidup

Baik tumbuhan lumut maupun tumbuhan paku, keduanya mengalami metagenesis yaitu pergiliran keturunan dari fase aseksual ke fase seksual. Tumbuhan paku dan tumbuhan lumut mengalami masa pergantian dimana disatu fase melakukan reproduksi tanpa melalui perkawinan, dan fase lainnya dengan fase seksual (melalui perkawinan). Pergiliran ini terjadi secara teratur dan bagian dari daur (siklus) hidup kedua tumbuhan tersebut. Fase aseksual menggunakan spora sehingga pada masa ini, bagian tumbuhan yang menghasilkan spora. Sementara fase gametofit ialah fase ketika tumbuhan menghasilkan sel gamet jantan dan betina.

Fase Aseksual (Sporophyta)

Fase sporophyta atau fase perkembangbiakan dengan spora merupakan fase tanpa melalui perkawinan. Individu baru terbentu melalui spora yang jatuh pada tempat yang cocok. Individu yang terbentuk melalui aseksual ini memiliki sifat yang identik dengan induk. Spora bersifat haploid (n) yang terbentuk dari pembelahan meiosis. Pada tumbuhan lumut, embrio yang terbentuk dari fertilisasi akan mengalami pembelahan secara meiosis dan membentuk sporogonium yang akan menghasilkan spora – spora haploid. Ketika spora jatuh di tempat yang cocok, spora tumbuhan lumut akan berkembang menjadi protonema yang akan menjadi tumbuhan lumut. Dengan demikian tumbuhan lumut bersifat haploid (n). Sementara pada tumbuhan paku, yang berperan sebagai fase sporofit ialah tumbuhan paku dewasa. Spora – spora ini dapat kita lihat di permukaan bawah daun. Spora tumbuhan paku akan berkembang menjadi protalium yang akan berperan sebagai tumbuhan gametofit dalam siklus hidup tumbuhan paku.

[sc:ads]

Fase Gametofit

Fase gametofit ialah fase menghasilkan sel gamet jantan (sel sperma) dan sel gamet betina (sel ovum). Fase ini merupakan fase untuk reproduksi seksual (melibatkan sel gamet). Dan akan menghasilkan individu yang memiliki sifat kombinasi dari kedua induk. Pada tumbuhan lumut, yang berperan sebagai fase gametofit ialah tumbuhan lumut dewasa. Sel – sel gamet dihasilkan melalui ketiak – ketiak daun atau melalui tangkai khusus. Sel – sel gamet dihasilkan di tempat yang berlainan. Anteridium merupakan bagian yang akan menghasilkan sel sperma, dan arkegonium merupakan yang akan menghasilkan sel ovum. Hasil pembuahan pada tumbuhan lumut akan menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio dan kemudian menghasilkan spora.

Pada tumbuhan paku, protalium yang terbentuk dari perkecambahan spora akan berkembang menjadi tumbuhan gametofit. Protalium akan menghasilkan sel gamet melalui anteridum yang menghasilkan sel sperma dan arkegonium yang menghasilkan sel ovum. Hasil pembuahan sel gamet akan menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi tumbuhan paku. Dengan demikian, tumbuhan paku bersifat diploid (2n).

Fase Dominan

Fase dominan merupakan fase paling lama dalam siklus kehidupan suatu organisme. Fase dominan dapat ditandai dengan perawakan tumbuhan yang sering kita lihat. Pada tumbuhan lumut, fase dominan ialah fase gametofit. Hal ini dikarenakan tumbuhan lumut yang kita lihat merupakan gametofit atau menghasilkan sel gamet. Sementara fase sporofit berlangsung sangat singkat. Fase sporofit tumbuhan lumut ialah embrio yang terbentuk dari pembuahan. Sementara padatumbuhan paku, fase sporofit ialah fase dominan dalam daur hidup tumbuhan paku. Spora – spora dihasilkan oleh tumbuhan paku yang kita lihat.

3. Jaringan Vaskular

Jaringan pengangkut (vaskular) merupakan jaringan yang berperan dalam pengangkutan nutrisi (unsur hara dan zat makanan hasil fotosintesis) yang akan diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan. Tumbuhan lumut tidak memiliki jaringan pengangkut. Sistem pengangkutan pada tumbuhan lumut berlangsung secara difusi melalui jaringan parenkim. Oleh karena itu, tumbuhan lumut digolongkan ke dalam tumbuhan tak berpembuluh (atracheophyta). Sementara tumbuhan paku, memiliki xylem dan floem sederhana sebagai jaringan pengangkut pada tumbuhan lumut. Tumbuha paku dikelompokkan ke dalam tumbuhan berpembuluh (tracheophyta) bersama dengan tumbuhan berbiji.

4. Jenis Spora

Spora yang dihasilkan oleh tumbuhan lumut bersifat homospora yaitu spora yang bentuk dan jenisnya sama. Namun keberagaman spora dapat ditemukan pada kelompok tumbuhan paku yang memiliki homospora; atau heterospora (spora yang berlainan jenis).