Pengertian dan Fungsi Hormon Auksin & Giberelin pada Tumbuhan – Hormon adalah senyawa protein yang disintesis oleh sel khusus untuk memengaruhi sel target. Hormon termasuk ke dalam sistem koordinasi, yang berfungsi untuk mengatur metabolisme sel di dalam tubuh makhluk hidup. Di dalam tumbuhan, terdapat beberapa hormon yang dikenal dengan istilah fitohormon (phyto= tumbuhan; hormon= memacu). Fitohormon merangsang sel – sel tumbuhan dan mengatur metabolisme yang akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Auksin dan Giberelin adalah kelompok fitohormon yang dihasilkan pada tempat yang berbeda, namun keduanya bersinergi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
HORMON AUKSIN
Istilah auksin merujuk pada suatu pengertian suatu senyawa yang mampu membantu proses pemanjangan sel. kata auksin berasal dari Bahasa Yunani yatu auxien yang berarti meningkatkan. penemuan auksin diprakarsai oleh Boysen-jensen yang menyelidiki peristiwa fototropisme pada koleoptil. kemudian Went ahli fisiologi tumbuhan Belanda yang berhasil ekstraksi senyawa penyebab fototropisme pada tumbuhan. Auksin berhasil dimurnikan sebagai senyawa murni oleh Kenneth Thimann. setelah penemuan auksin ditemukan hormon – hormon tumbuhan lainnya. Hormon auksin alami yang diekstraksi dari tubuh tumbuhan merupakan senyawa yang dinamai asam indolasetat (indolacetic acid, IAA). Meski telah dibuat auksin sintesis merujuk pada struktur kimia IAA sehingga memiliki aktivitas auksin alami.
FUNGSI AUKSIN
Fungsi auksin pada tubuh tumbuhan ialah:
1. Pemanjangan Sel
Auksin disintesis pada daerah meristem apikal. Auksin akan diditribusikan menuruni daerah meristem ke daerah elongasi oleh jaringan parenkim. Di daerah elongasi inilah auksin akan mempengaruhi permeabilitas sel – sel agar memanjang. Daerah pemanjangan merupakan kumpulan sel yang terdesak oleh sel – sel baru dari meristem. Daerah ini penting karena merupakan titik pertumbuhan primer pada tumbuhan.
2. Berperan dalam Pembengkokan Batang – Fototropisme
Fototropisme adalah gejala gerak tumbuhan yang seolah – olah bergerak menuju mendekati ke arah sumber cahaya. Peristiwa ini merupakan akibat dari kerja hormon auksin. Sifat auksin yang rusak jika terpapar cahaya. Sehingga peristiwa fototropisme terjadi apabila suatu batang tumbuhan terpapar cahaya yang tidak seimbang. Pemcahayaan yang tidak merata pada ujung batang tumbuhan membuat auksin pada salah satu sisi batang yang terkena cahaya menjadi rusak. Sementara sisi auksin pada sisi batang lainnya tidak rusak karena tidak terkena cahaya. Denga demikian terjadi ketimpangan auksin pada ujung batang. Dengan demikian, pemanjangan sel hanya terjadi pada sisi batang yang tak terpapar cahaya. Sementara pada sisi lainnya auksin dihambat. Dengan demikian, pertumbuhan ujung batang akan membengkok seolah – olah mendekati sumber cahaya.
3. Dominansi Apikal
Dominansi apikal adalah suatu gejala pertumbuhan pucuk batang yang mencegah munculnya tunas lateral (percabangan) dan pembentukan daun. Peristiwa ini disebabkan oleh menumpuknya hormon auksin pada pucuk batang. Sehingga keberadaan auksin ini akan mempertahankan pucuk batang dengan menghalangi munculnya percabangan. Dominasi apikal dapat diatasi dengan membuang bagian pucuk tanaman. Ketika hal ini dilakukan, cabang – cabang akan segera muncul dari pucuk batang. Hal inilah yang diterapkan pada perkebunan teh.
4. Pembentukan Akar Lateral dan Akar Liar
Akar lateral atau akar sekunder pada tumbuhan dikotil berperan memperkokoh tegaknya tumbuhan dan melekatkan tubuh pada media tanam serta menyerap air dan unsur hara. Sementara akar liar terdapat pada tumbuhan monokkotil yang berfungsi menggantikan posisi akar primer untuk melekatkan tubuh tumbuhan ke media tanam, serta menyerap unsur hara dan air. Pembentukan akar lateral dan akar liar ini dirangsang oleh hormon auksin.
5. Pembelahan Sel Kambium
Selain berperan dalam pertumbuhan primer, auksin juga berperan dalam pertumbuhan sekunder dengan memengaruhi pembelahan di pembuluh kambium. Aktivitas ini akan membentuk pertumbuhan pembuluh angkut sekuder. Dengan demikian, pertumbuhan sekunder atau pertumbuhan batang juga dipengaruhi oleh auksin.
6. Meningkatkan Pembentukan Buah
Suatu percobaan dilakukan menyemprotkan rendaman air benih ke tumbuhan yang sedang berbuah. Hasilnya ialah pertumbuhan akan meningkat. Semntara percobaan lain dilakukan dengan menyemprotkan auksin sintesis ke tumbuhan yang sedang berbunga dan hasilnya terbentuk buah tanpa biji karena tidak terjadi penyerbukan.
[sc:ads]
HORMON GIBERELIN
Fenomena bakane “penyakit bibit bodoh” yaitu penyakit yang menyebabkan pertumbuhan benih menjadi raksasa yang menyerang tanaman benih petani jepang membuat E. Kurosawa meneliti penyebab penyakit tersebut. Adalah Fungi dari genus Giberella diketahui sebagai penyebab pertumbuhan raksasa pada benih tersebut. Hasil penelitian ini mengundang para ilmuwan lainnya untuk meneliti tentng giberelin. Kemudian, diketahui bahwa ternyata tumbuhan juga mensintesis hormon giberelin dalam konsentrasi tertentu yang mempengaruhi pemanjangan sel.
FUNGSI GIBERELIN
Adapun peranan dan fungsi dari hormon giberelin terhadap pertumbuhan tumbuhan yaitu:
1. Pemanjangan Batang
Giberelin disintesis di akar dan daun muda. Giberelin memengaruhi pertumbuhan batang dan daun, sementara efeknya terhadap akar kurang optimum. Giberelin dan auksin akan bersinergis dalam mengatur pemanjangan batang. Giberelin merangsang pembelahan sel – sel batang dapat menambah ukuran batang. Pada kasus tanaman kerdil dapat disemprotkan giberelin yang disesuaikan dosisnya untuk mendapatkan tinggia yang diinginkan.
2. Pertumbuhan Buah
Pembentukan buah merupakan kontrol hormon auksin dan giberelin. Terbukti dari percobaan thompson yang menyemprotkan kombinasi hormon auksi dan giberelin pada buah anggur dan menghasilkan buah anggur yang besar dan jarak antar buah cukup besar.
3. Perkecambahan
Biji memimiliki giberelin dalam konsentrasi tinggi. Ketika biji diimbibisi, maka akan terjadi pembebasan giberelin. Hormon giberelin merangsang aleuron untuk mensintesis enzim hidrolisis pati yang akan memecah cadangan makanan pada endosperm dan mengaktifkan metabolisme untuk mengakhiri dormansi biji menuju pada perkecambahan biji.