Cerita Rakyat Timun Mas dalam Bahasa Indonesia – Timun Mas merupakan sebuah cerita legenda yang menarik. Berikut ini kisahnya.
Timun Mas
Pada suatu ketika di sebuah desa hiduplah seorang perempuan janda yang sudah renta bernama mbok Sarni. Ia hidup sebatang kara, ia telah lama ditinggal suaminya dan tidak memiliki anak. Pada kenyataannya ia sangat menginginkan kehadiran seorang anak agar bisa menemani keseharian dalam hidupnya dan membantunya bekerja.
Ketika sore menjelang, mbok Sarni pergi menuju hutan mencari kayu bakar yang akan ia jual dan ia pakai sendiri untuk kebutuhan memasak. Ditengah perjalanan mbok Sarni bertemu dengan raksasa yang buruk rupa. Ukuran tubuhnya begitu besar dan juga menyeramkan. Raksasa itu bertanya kepada mbok Sarni, “Hai perempuan tua, hendak kemana kamu?” tanya raksasa. “Maafkan aku jika mengganggumu, aku hanya ingin mencari kayu bakar untuk ku jual dan sisanya akan kugunakan sendiri.” Jawab mbok Sarni. “Ha…ha..ha.” Jawaban mbok Sarni mengundang gelak tawa raksasa besar itu. Lalu ia berkata “kamu boleh saja pergi dari sini asalkan kamu berikan seorang anak manusia untuk kujadikan makananku.” Kata si raksasa. “Aku hidup sebatang kara tuan, dan aku tak memiliki seorang anak pun.”jawab Mbok Sarni.
Beberawa waktu pun berlalu mengiringi obrolan ringan mereka. Mbok Sarni mengatakan bahwa dirinya tak memiliki seorang anak. Lalu si Raksasa memberikan sebuah benda aneh berupa biji mentimun kepada mbok Sarni. “Hai perempuan tua, kuberikan benda ini kepadamu. Tanamlah benda ini di sekitar halaman rumahmu, lihat saja hasilnya. Kau akan mendapatkan seorang anak.” Kata raksasa. “Sungguh? Benarkah apa yang kau katakan itu tuan? ” tanya mbok Sarni terheran-heran. “kau lakukan saja apa yang aku perintahkan kepadamu, lihat saja nanti hasilnya setelah dua minggu berlalu. Tapi ingat, ketika engkau telah memiliki seorang anak dan genap berusia 6 tahun, serahkan ia kepadaku untuk kujadikan makanan ku.” Kata Raksasa. Mbok Sarni pun menyanggupi kesepakatan antara dirinya dengan sang raksasa. Ia lalu pergi meninggalkan hutan itu.
Dua minggu berlalu setelah mbok Sarni melaksanakan perintah dari raksasa, mentimun yang ia tanam telah berbuah dengan begitu lebatnya. Diantara mentimun-mentimun itu, terdapat sebuah mentimun yang sangat besar melebihi ukuran mentimun yang lainnya. Karena penasaran, mbok Sarni memetik buah mentimun yang ukurannya lebih besar. Setelah ia membelah mentimun itu, ternyata berisikan seorang bayi mungil yang cantik. Bayi tersebut ia beri nama Timun Mas.
[sc:ads]
Waktu berlalu dan perkembangan Timun Mas semakin terlihat. Ia semakin berkembang dan tumbuh besar. Mbok Sarni sangat gembira dengan kehadiran Timun Mas, kini ia tidak sendiri lagi karena ia telah memiliki seorang anak. Timun Mas begitu rajin dalam mebantu urusan pekerjaan mbok Sarni, Mbok Sarni pun merasa sangat terbantu dengan adanya Timun Mas.
Pada suatu ketika di waktu yang telah lama mbok Sarni dan Raksasa sepakati, akhirnya datanglah raksasa untuk menagih janjinya. Mbok sarni ketakutan, ia tak ingin kehilangan anak yang sangat dicintainya. Mbok Sarni berkata kepada raksasa, “Wahai tuan, datanglah dua tahun lagi. Niscaya anak ini akan tumbuh lebih besar dan semakin enak untuk kau makan.” Sang Raksasa menyetujuinya dan akhirnya pergi meninggalkan mbok Sarni dan Timun Mas.
Dua tahun berlalu dan ketakutan mbok Sarni semakin menjadi. Setiap hari mbok Sarni berpikir keras untuk mencari jalan keluar agar anaknya tidak disantap oleh raksasa itu. Suatu ketika mbok sarni bermimpi bertemu dengan seseorang yang menyarankan agar Timun Mas menemui seorang petapa di Gunung. Keseokan paginya mbo Sarni meminta Timun Mas untuk melakukan hal yang dimimpikan mbok Sarni. Timun Mas pun mengiyakan permintaan mbok Sarni. Setelah tiba di kaki gunung, Timun mas bertemu dengan pertapa tersebut dan selanjutnya ia menyampaikan maksud kedatangannya kemari kepada pertapa. Sang pertapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang berisikan garam, jarum, dan terasi. Pertapa itu mengintruksikan beberapa hal kepada Timun Mas dan Timun mas pun menyanggupinya. Kemudian Timun Mas kembali ke rumah mbok Sarni dengan perasaan tenang. Hal tersebut yang telah dialaminya ketika bertemu pertapa pun diceritakannya kepada mbok Sarni.
Keesokan harinya raksasa datang untuk menagih janjinya. “hai perempuan tua, mana anak itu? Penuhi janjimu!” Aku sudah tak tahan untuk menjadikannya santapanku.” Kata Raksasa. “Ku mohon tuan, janganlah kau ambil anakku untuk kau jadikan santapanmu. Aku begitu menyayanginya. Sebagai gantinya, santaplah aku!” Raksasa tersebut menolak dan kembali marah-marah. “mana anak itu hai perempuan tua!”teriak raksasa.
Tanpa diketahui raksasa, Timun Mas keluar dari dalam rumah dan berteriak kepada raksasa. “Hai rakasasa, aku di sini. Tangkaplah aku kalau kau bisa!” teriak Timun Mas. Lalu timun Mas pun lari sekuat tenaga untuk menghindar dari Raksasa. Raksasa pun mengejarnya, lalu Timun Mas mulai menggunkana kantong pemberian dari pertapa. Timun Mas melemparkan kantung yang berisikan jarum, ketika ia melemparnya seketika jarum tersebut berubah menjadi hutan bambu yang sangat lebat sehingga mengahambat pergerakan raksasa. Dengan susah payah akhirnya raksasa dapat meloloskan diri dari hutan bambu tersebut. Timun Mas tetap berlari sekuat tenaga sambil melemparkan kantung berikutnya yang berisikan gara. Seketika garam tersebut berubah menjadi lautan. Lautan tersebut sangat menyusahkan raksasa untuk mengejar Timun Mas. Akan tetapi raksasa tersebut berhasil melalui lautan tersebut. Lalu timun mas mengeluarkan kantung yang terakhir yang berisikan terasi. Ketika terasi itu dilemparkan seketika terasi itu berubah menjadi lautan lumpur yang mendidih. Raksasa tersebut terjebak ke dalamnya dan akhirnya mati.
Timun Mas berhasil lolos dari Raksasa besar itu dan mengucapkan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya Timun Mas kembali ke rumah dan menemui mbok Sarni dengan perasaan bahagia.