Ciri & Klasifikasi Kingdom Plantae (Lengkap)

Ciri & Klasifikasi Kingdom Plantae – Kolonisasi daratan oleh spesies plantae sudah berlangsung sejak 475 juta tahun silam. Para ahli taksonomi menemukan adanya kemiripan antara anggota kelompok plantae dengan alga penghuni kingdom protista. Dengan demikian, plantae dipercaya berasal dari evolusi alga yang hidup di perairan. Berbagai adaptasi dilakukan oleh tumbuhan untuk dapat hidup di daratan. Awalnya, alga digolongkan ke dalam tumbuhan, hal ini karena adanya kemiripan dalam kemampuan untuk berfotosintesis. Namun penelitian selanjutnya menemukan perbedaan yang dimiliki oleh keduanya dalam tingkat seluler. Berikut akan diuraikan ciri – ciri plantae yang membedakannya dengan alga beserta klasifikasinya.

Ciri Struktur Kingdom Plantae

Adapun ciri plantae yang membedakannya dengan alga yaitu:

1. Tersusun atas banyak sel (multiseluler)

Semua anggota plantae memiliki tubuh yang tersusun atas banyak sel. Dalam tubuhnya terbentuk organisasi seluler seperti jaringan dan organ.

2. Habitat: darat

Sebagian besar tumbuhan hidup didarat, meski beberapa ditemukan memerlukan habitat yang lembab atau berair. Namun tubuh tumbuhan diadaptasikan untuk dapat berkolonisasi di daratan.

3. Mampu melakukan fotosintesis

Semua tumbuhan memiliki kemampuan untuk membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Kemampuan tumbuhan mengolah senyawa anorganik menjadi senyawa organik (glukosa) disebut autotrof, tak lepas dari struktur seluler tumbuhan yang memiliki organel berklorofil (kloroplas).

4. Memiliki organ tumbuhan

Sebagian besar tumbuhan memiliki organ – organ seperti akar, batang, dan daun. Oleh karena itu tumbuhan disebut kormophyta, meski demikian ada tumbuhan yang masih berbentuk lembaran (thalus), contohnya lumut.

Klasifikasi Plantae

1) Divisi Briophyta

Bryophyta atau dikenal sebagai tumbuhan lumut merupakan anggota kingdom plantae yang paling sederhana. Dilihat dari struktur tubuhnya, briophyta menunjukkan bentuk peralihan antara tumbuhan talus ke tumbuhan kormus. Adapun ciri – ciri yang dimiliki oleh divisi Briophyta yaitu:

a) Akar berupa rizoid

Tumbuhan lumut memiliki akar dan batang namun tidak memiliki akar sejati. Akarnya merupakan akar semu (rizoid) yang merupakan serabut dari batang. Pada kelompok briophyta ada yang memiliki struktur tubuh berupa lembaran (thalus). Oleh karena itu, tumbuhan lumut masih digolongkan ke dalam thalophyta yaitu kelompok tumbuhan yang tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati.

b) Tidak memiliki pembuluh angkut

Tumbuhan lumut tidak memiliki pembuluh angkut (xilem dan floem) oleh karenanya lumut digolongkan ke dalam atracheophyta (tumbuhan tak berpembuluh). Pegangkutan air, mineral, atau hasil fotosintesis dilakukan oleh sel – sel parenkim.

c) Habitat di tempat yang lembab

Tumbuhan lumut memiliki sel gamet jantan yang motil (bergerak), oleh karenanya memerlukan media air untuk proses pertumbuhan dan perkembangbiakan, dan kelangsungan hidup vegetasi lumut. Tumbuhan lumut dapat dijumpai di daerah yang berdektan dengan sumber air atau lahan basah. Populasi lumut dapat menyuplai kandungan oksigen di atmosfer.

d) Mengalami metagenesis keturunan

Perkembangbiakan anggota divisi briphyta mengalami pergantian keturunan antara fase gametofit (yang biasa kita lihat) dan fase sporofit. Tumbuhan lumut (jantan: anteridium; betina: arkegonium) menghasilkan sel – sel gamet. Pertemuan antara sel gamet jantan dan betina dibantu oleh air kemudian akan terbentuk zigot yang berkembang di dalam kotak spora (sporangium). Zigot akan berkembang menjadi spora di dalam kotak spora yang memiliki struktur seperti peti. Kotak spora akan pecah ketika spora –spora telah matang. Kemudian spora tersebar terbawa angin ke tempat yang cocok (lembab), dan spora akan berkecambah menjadi protonema yang akan tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumut yang kita jumpai di tempat-tempat lembab. Tumbuhan lumut ini akan mengulangi siklus selanjutnya.

e) Fase gametofit lebih panjang

Briophyta mengalami pergiliran keturunan dari fase gametik yang dihasilkan oleh tumbuhan lumut itu sendiri, dan fase sporofit (zigot). Tumbuhan lumut memiliki fase gametik yang lebih panjang dibanding fase sporofit.

Divisi briophyta diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan struktur tubuhnya, yaitu:

– Kelas Hepaticae (lumut hati)

Contoh: Marchantia polymorpha. Ciri – ciri anggota kelompok ini:

• Memiliki tubuh dari lembaran daun seperti hati
• Mengalami metagenesis
• Memiliki gemmae (kuncup) yang merupakan reproduksi aseksual pada lumut hari
• Ditemukan pada dasar tanah hutan tropis, menempel pada subtrat di wilayah yang lembab.

– Kelas Musci (lumut daun)

Merupakan lumut yang sering dilihat dan ditemukan menyebar pada daerah terbuka yang lembab. Kelas ini merupakan kelas terbesar pada Divisi lumut. Disebut juga dengan lumut sejati. Contoh: Sphagnum sp.

– Kelas Anthocerotae (lumut tanduk)

Memiliki bentuk yang hampir mirip dengan lumut hati. Tubuh utama berupa lembaran (talus) dengan sporangiofor yang berbentuk seperti tanduk. Contoh: Anthoceros fusiformis.

2) Divisi Pterydophyta

Hampir serupa dengan briophyta, tumbuhan paku atau pterydophyta juga mengalami metagenesis dan ditemukan di tempat yang lembab. Hanya saja tumbuha paku memiliki tingkat kompleksitas yang lebih tinggi dibanding divisi bryophyta. Adapun ciri – ciri dari tumbuhan paku yaitu:

a) Memiliki akar, batang, dan daun sejati

Berbeda dengan lumut, tubuh tumbuhan paku sudah dapat dibedakan antara akar, batang, dan juga daun. Oleh karena itu tumbuhan paku digolongkan ke dalam tumbuhan kormus bersama dengan tumbuhan tingkat tinggi. Meski demikian, struktur organ akar, batang, dan daun masih sederhana. Berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi, batang pada tumbuhan paku dapat berfungsi sebagai tempat melangsungkan fotosintesis.

[sc:ads]

b) Memiliki pembuluh angkut

Jaringan pengangkut pada tumbuhan paku masih sangat sederhana. Pembuluh angkut berfungsi membawa air dan mineral dari akar (xilem), dan mengedarkan hasil fotosintesis dari daun / batang ke seluruh sel (oleh floem).

c) Mengalami metagenesis

Seperti halnya tumbuhan lumut, tumbuhan pakumengalami pergiliran keturunan dari fase sporofit ke gametofit. Hanya saja, tumbuhan paku memiliki fase sporofit yang lebih panjang dibanding fase gametofitnya. Tumbuhan paku membentuk spora yang disimpan dalam kotak spora di bawah daunnya. Kemudia spora- spora yang matang akan pecah, menyebar terbawa angin, dan berkembang pada tempat yang cocok (lembab). Spora – spora akan berkecambah menjadi protalium yang menghasilkan sel – sel gamet. Fase ini disebut fase gametofit yang berlangsung sangat singkat. Pembuahan sel – sel gamet (sperma dan ovum) ini akan menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi tumbuhan paku. Kemudian tumbun paku yang kita lihat akan menghasilkan spora, mengulangi siklus hidupnya.

Tumbuhan paku dibedakan menjadi empat kelas:

– Kelas Psyloptinae (Paku purba). Disebut juga paku telanjang, karena tidak memiliki daun. Contoh: Rhynia major.

– Kelas Lycopodinae (Paku kawat). Batang dan daun kecil. Contoh: Lycopodium sp.

– Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda). Memiliki sporangium seperti ekor kuda. Contoh: Equisetum sp.

– Kelas Filicinae (paku sejati). Paku yang sering dimanfaat menjadi sayuran (pakis). Contoh: Matonia pectinata.

3) Divisi Spermatophyta

Merupakan kelompok tumbuhan yang berkembangbiak dengan biji. (meski dapat berkembangbiak secara vegetatif). Seluruh kelompok tumbuhan ini memiliki biji sebagai salah satu perkembangbiakannya. Berdasarkan struktur bijinya, spermatophyta dibedakan menjadi:

a. Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka)

Sekilas kita tidak dapat membedakan antara gymnospermae dengan dikotil. Hal ini karena keduanya merupakan tumbuhan berkayu (memiliki kambium). Perbedaannya terletak pada organ reproduksinya. Gymnospermae tidak memiliki bunga sebagai organ reproduksi tetapi strobilus (kuncup). Adapun ciri – ciri gymnospermae

– Merupakan tumbuhan dioeceous. Pada umunya, gymnospermae merupakan tumbuhan dioeceous yaitu tumbuhan yang alat kelamin jantan dan betina terdapat pada pohon yang berbeda. Organ reproduksi pada gymnospermae adalah strobilus buka bunga. Strobilus / konus menghasilkan hana satu sel gamet. Strobilus yang menghasilkan sperma disebut strobiulus jatan, dan yang menghasilkan ovum disebut strobilus betina.

– Mengalami pembuahan tunggal. Berbeda dengan angiospermae, pembuahan yang terjadi pada tumbuhan gymnospermae merupakan pembuahan tunggal, hanya membentuk embrio saja. Setelah proses penyerbukan (jatuhnya serbuk sari ke konus betina), serbuk sari akan masuk ke bakal biji dan berkecambah di dalam bakal biji yang mengandung ovum. Selama kurang lebih satu tahun (pada pinus), sel ovum telah siap untuk dibuahi. Dalam bakal biji terdapat dua sel ovum yang dapat dibuahi oleh sel sperma. Namun hanya akan terbentuk satu embrio untuk masing – masing bakal biji. Pembuahan sperma dan ovum menghasilkan embrio yang berkembang di dalam bakal biji. Embrio memiliki cadangan makanan yang berasal dari jaringan gametofit betina (n).

Tumbuhan gymnospermae dibedakan menjadi empat kelas:

– Gnetophyta
– Ginkgophyta
– Coniferophyta
– Cycadophyta

b. Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup)

Spesies kelompok ini merupakan yang sering dijumpai, terdapat banyak disekeliling kita. Angiospermae disebut juga anthophyta, hal ini karena semua anggota kelompok ini memiliki bunga sebagai organ reproduksinya. Permbuahan yang terjadi pada subdiivisi angiospermase terjadi dua kali, oleh karena itu disebut pembuahan ganda. Pembuahan pertama terjadi antara inti generatif I dan ovum yang membentuk embrio, sedang pembuahan berikutnya terjadi antara inti generatif II membuahi inti kandung lembaga sekunder yang menjadi cadangan makanan (3n) bagi embrio (2n). Angiospermae dibedakan menjadi dua kelas besar berdasarkan jumlah keping biji, yaitu:

– Monokotil

Ciri – ciri :

• Berkeping biji tunggal
• Akar serabut
• Tidak berkayu/ tidak berkambium
• Batang tidak bercabang
• Susunan tulang daun sejajar
• Jumlah mahkota bunga ialah kelipatan tiga
• Contoh: padi (Oryza sp.), jagung ((Zea mays), dan lain – lain.

– Dikotil

Ciri – ciri:

• Berkeping dua
• Akar tunggang
• Batang berkayu (berkambium)
• Batang bercabang – cabang
• Susunan tulang daun menyirip atau menjari
• Jumlah mahkota bunga kelipatan dua atau lima.
• Contoh: jeruk (Citrus sp.), mangga (Mangifera indica), dan lain – lain.